“Di Sekolah Ini, Foto Bukan Sekadar Pose, tak ada tikar merah, tak pula kemeja disetrika wangi.
Yang ada hanya tanah berumput dan bangunan tanpa janji mewah.
Namun, di sinilah seorang kepala sekolah berdiri—tanpa protokol, tanpa syarat siapa yang boleh ikut berdiri.
Ia tahu, jabatan bukan mahkota.
Tak perlu menunggu kamera mahal atau pencitraan sesaat.
Ia menyambut siapa pun yang datang,
bahkan ketika tema “berfoto bersama” tak bisa diandalkan.
Lucu, ya?
Berfoto, tapi tak semua bisa hadir dengan hati.
Ada yang berdiri, tapi tidak sungguh-sungguh di sisi.
Ada yang ikut, tapi pikirannya sibuk cari pamrih.
Padahal sekolah bukan tempat sandiwara,
di mana hanya wajah ramah ditampilkan saat ada kamera.
Sekolah adalah panggung kejujuran,
tempat pemimpin diuji bukan dari banyaknya foto,
tapi dari siapa yang masih bertahan
saat tak ada yang menyaksikan.
Dan kepala sekolah ini…
ia tak butuh panggung, ia memilih ladang.
Ladang pengabdian, bukan pencitraan.
Karena ia tahu, tak semua yang berfoto akan ikut menanam,
tapi ia tetap menanam.